Sejarah dan Perkembangan Public Speaking
Sejarah Public Speaking
Secara sederhana, public speaking
dapat didefinisikan sebagai proses berbicara kepada sekelompok orang dengan
tujuan untuk memberi informasi, mempengaruhi (mempersuasi) dan/atau menghibur
audiens. Banyak orang menyebut public speaking sebagai “presentasi”. Seperti
layaknya semua bentuk komunikasi, berbicara di depan publik memiliki beberapa
elemen dasar yang paralel dengan model komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell
yakni komunikator (pembicara), pesan (isi presentasi), komunikan (pendengar/
audiens), medium, dan efek (dampak presentasi pada audiens). Tujuan berbicara
di depan publik bermacam-macam, mulai dari mentransmisikan informasi,
memotivasi orang, atau hanya sekedar bercerita. Apapun tujuannya, seorang
pembicara yang baik dapat mempengaruhi baik pemikiran maupun perasaan
audiensnya. Dewasa ini, public speaking sangat diperlukan dalam berbagai
konteks, antara lain dalam kepemimpinan, sebagai motivator, dalam konteks
keagamaan, pendidikan, bisnis,customer service, sampai komunikasi massa seperti
berbicara di televisi atau untuk pendengar radio.
Sebelum ada istilah Public Speaking, maka
lahirlah istilah Retorika, sebelum masehi-SM di Yunani, yang artinya “keakhlian
berbicara atau berpidato” Dalam perkembangan retorika mengenal tiga bentuk
yaitu:
- Demi penemuan kebenaran (Socrates, disebut Bapak
Retorika)
- Demi kekuasaan ataupun kemenangan saja (sesuai dengan
filsafat Sophisme)
- Sebagai alat persuasi yang banyak menggunakan
penemuan-penemuan terakhir bidang ilmu Jiwa dan karenanya mulai
menggunakan nama “Scientific rhetoric”
Retorika bertitik tolak pada pemikiran, bahwa manusia dapat menggunakan perasaan atau pendapat yang umumnya benar. Dilihat dari sejarah, manusia mempunyai hasrat dan kebutuhan untuk menyampaikan segala perasaan, pengalaman dan pendapat-pendapatnya kepada sebanyak mungkin orang disamping menceritakan kepada orang tertentu. Dalam penyebaran agama pada abad ke 5, ke Mesir, Babylonia dan Persia, yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai bakat retorika, karena tanpa bakat berbicara pada waktu itu, maka pesan yang akan disampaikan belum tentu dapat diterima dan dimengerti. Sekarang peranan media massa yang membantu penyampaian pesan kepada pendengar, penonton dan pembaca. Kita kenal aliran Sophisme, yang berpendapat, manusia ialah “mahluk yang berpengetahuan dan kemauan” dan masing-masing manusia mempunyai penilaian sendiri mengenai baik buruknya sesuatu, mempunyai nilai-nilai etika sendiri, maka kebenaran suatu pendapat hanya dapat dicapai dengan memenangkan pendapatnya. Hal ini bisa tercapai kalau memiliki keahlian berbicara. Jadi aliran ini mengemukakan kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan bila mencapai kemenangan dalam pembicaraan penganut aliran retorika Sokrates (469-399) dan Georgias, retorika digunakan demi kebenaran, melalui dialog dengan teknik ini kebenaran akan timbul dengan sendirinya.
Plato sebagai seorang pendidik,
mengatakan retorika penting sebagai:
- Metode pendidikan
- Alat untuk mencapai kedudukan dalam pemerintahan
- Alat mempengaruhi rakyat
Aristoteles (384-322) mengajarkan
dalam retorika orang harus mengatakan dengan:
- Jelas
- Singkat dan
- Meyakinkan
Pada waktu itu, bagaimana meyakinkan
pengadilan, sehubungan dengan pengembalian tanah, milik rakyat yang diambil
oleh para Tirani yang berkuasa ketika itu. Kalau tidak mampu untuk menyatakan
secara jelas dan lancar, anda termasuk orang gagal mempertahankan milik anda,
karena dahulu belum ada “pengacara” yang membantu, mempertahankan milik anda
didepan pengadilan. Para ahli menganggap retorika kalau dilihat dari tinjauan
komunikasi maka disebut “speech of communication” atau “public speaking” Para
ahli menganjurkan pentingnya mempelajari “public speaking”, apalagi anda berada
yang bergerak dibidang usaha, serta kehidupan sosial lainnya, bahkan kemampuan
anda yang mempelajari dan mengetahui public speaking dapat bertindak pada waktu
tertentu untuk memutuskan sesuatu dengan segera dan dapat diterima. Setiap
kesempatan secara bertahap bahkan seumur hidup dipergunakan untuk meningkatkan
kemampuan berbicara didepan khalayak Istilah public speaking berawal dari para
ahli retorika, yang mengartikan sama ialah seni (keahlian) berbicara atau
berpidato yang sudah berkembang sejak abad sebelum Masehi.
Seperti yang diungkapkan Jalaluddin
Rakhmat dalam bukunya “Retorika Modern” (cetakan keenam, tahun 2000), bahwa
kemajuan Negara barat bukan bertumpu pada pengetahuan matematika, fisika atau
kimia. Kalau mendalam lagi keingintahuan kita tentang mengapa mereka memiliki
kemampuan luar biasa dalam ilmu-ilmu alam, bukan saja mengenai apa yang mereka
pikirkan, tetapi bagaimana kemampuan mereka menyajikannya dengan ucapan yang
jelas sehingga hasil presentasinya dapat dipahami khalayak.
Berabad-abad lalu mereka berpijak pada
budaya yang mementingkan pendidikan bahasa, yang berakar pada filsafat yunani
dan yang bertumpu pada retorika. Kemudian, ada anggapan negatif menggunakan
kata retorika, kita sedang berhadapan dengan seni propaganda, menggunakan
kata-kata yang indah dan bagus yang disangsikan kebenarannya. Pengertian sebenarnya
“retorika” yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yaknirasio dan cita
rasa lewat bahasa sebagai kemampuan berkomunikasi dalam media pikiran. Dalam
retorika, para pemimpin dapat menaklukkan hati dan jiwa, atau kemampuan
mengotak atik otak, sehingga keputusannya dapt diterima oleh karyawan atau
audiens. Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu
pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan
sosiologi. Istilah retorika mulai digeser speech communication, atau oral
communication atau lebih dikenal dengan public speaking.
Perkembangan Public Speaking
Retorika adalah seni sekaligus ilmu yang
mempelajari penggunaan bahasa dengan tujuan menghasilkan efek persuasif. Selain
logika dan tata bahasa, retorika adalah ilmu wacana yang tertua yang dimulai
sejak zaman Yunani kuno. Hingga saat ini, retorika adalah bagian sentral dalam
pendidikan di dunia Barat. Kemampuan dan keahlian untuk berbicara di depan
audiens publik dan untuk mempersuasi audiens untuk melakukan sesuatu melalui
seni berbicara adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pelatihan seorang
intelektual (Johnstone, 1995). Retorika sebagai cabang ilmu berkaitan erat
dengan penggunaan simbol-simbol dalam interaksi antar manusia.
Dalam
sistematisasi retorika Aristoteles, aspek terpenting dalam teori dan dasar
pemikiran retorika adalah tiga jenis pendekatan untuk mempersuasi audiens,
yakni logos, pathos dan ethos. Logos adalah strategi untuk meyakinkan audiens
dengan menggunakan wacana yang mengedepankan pengetahuan dan rasionalitas
(reasoned discourse), sementara pathos adalah pendekatan yang mengutamakan
emosi atau menyentuh perasaan audiens dan ethos adalah pendekatan
moral—menggunakan nilai-nilai yang berkaitan dengan keyakinan audiens. Di abad
ke-20, retorika berkembang menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan dengan
berkembangnya pengajaran tentang komunikasi publik dan retorika di
sekolah-sekolah menengah dan universitas-universitas pertama di Eropa dan
kemudian meluas hingga kawasan-kawasan lain di dunia. Harvard, sebagai
universitas pertama di Amerika Serikat, misalnya, telah lama memiliki kurikulum
mata kuliah dasar sebagai Retorika sebagai salah satu mata kuliahnya (Borchers,
2006). Dengan berkembangnya ilmu komunikasi, pembelajaran retorika lebih meluas
lagi. Saat ini, retorika dipelajari dalam ruang lingkup yang luas dalam bidang
pemasaran, politik, komunikasi, bahkan bahasa (linguistik). Propaganda menjadi
fenomena retorika yang sangat menarik. Ketika orang berlomba-lomba mendesain
kata-kata untuk mempengaruhi orang lain, itu membuktikan bahwa seni merangkai
pesan sangat berpengaruh dalam berkomunikasi.
Tokoh-tokoh retorika mutakhir:
- James A. Winans dalam bukunya “public speaking”( 1917) menggunakan spikologi dari Williams James dan E.B Tichener. Sesuai teori James bahwa tindakan ditentukan perhatian, Winans mendefinisikan persuasi sebagai “proses menumbuhkan perhatian. Pentingnya membangkitkan emosi melalui motif- motif psikologi seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial dan kewajiban agama. Winans adalah pendiri Speech Communication Association of America (1950).
- Charles Henry Woolbert yang juga pendiri Speech Communication Association of America. Psikologi yang memengaruhinya adalah behaviorisme dari John B.Watson. Woolbert memandang Speech Communication sebagai ilmu tingkah laku. Pidato merupakan ungkapan kepribadian. Logika adalah dasar utama persuasi. Dalam menyusun persiapan pidato harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Teliti tujuannya, (2) Ketahui khalayak dan situasinya, (3) Tentukan proposisi yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut, (4) Pilih kalimat-kalimat yang dipertalikan secara logis. Bukunya, The Fundamental of Speech.
- William Noorwood Brigance. Berbeda dengan Woolbert yang menitikberatkan logika, Brigance menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. Persuasi meliputi empat unsur: 1) Rebut perhatian pendengar, 2) Usahakan pendengar untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, 3) Dasarkanlah pemikiran pada keinginan, dan 4) Kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.
- Alan H.Monroe dalam bukunya, Principles and Types of Speech. Pertengahan tahun 20-an Monroe bersama stafnya meneliti proses motivasi. Jasa, Monroe, cara organisasi pesan. Menurut Monroe pesan harus disusun berdasarkan proses berpikir manusia yang disebutnya motivated sequence.
Dalam dunia komunikasi terdiri dari
komunikator, pesan dan komunikan. Semua ini akan berfungsi melalui channel atau
saluran yang disebut media. Nah, dimana keberadaan “Public Speaking”.
Kehadirannya dalam kegiatan komunikasi yang berperan adalah komunikator atau
public-speaker. Dalam pelajaran ini, pengetahuan yang akan menjadikan seseorang
atau komunikator sebagai pembawa pesan, mempunyai kemampuan untuk menyajikan
sebuah gagasan kepada audiens. Dengan demikian, komunikator mengungkapkan ide
dan dengan kemauan yang tepat, cepat dan taktis.
Menurut Herbert V. Prochnow mengembangkan
kemampuan secara bertahap belajar seumur hidup, tahun demi tahun dan makin lama
makin berbobot. Hal ini dapat bersamaan bagaimana memiliki kepercayaan pada
diri sendiri. Kegiatan lain yang dapat mendukung kemampuan public speaking,
apabila aktif melakukan berbagai kegiatan seperti dalam dunia usaha dan
kehidupan sosial lainnya. Dalam dunia usaha ada peluang selalu menghadapi
saat-saat terjadinya tuntunan knsumen terhadap hasil produksi, bahkan kerja
lembaga atau organisasi selalu mendapatkan sorotan masyarakat. Di sinilah
peranan seorang petugas PR untuk menjelaskan apakah melalui selebaran atau news
release atau pertemuan-pertemuan dengan wartawan media. Sebagai komunikator
melalui media mengungkapkan pikiran, ide dan pendapat pada seluruh pendengar.
Pada kesempatan memberikan saran, mengeririk, memberikan suara mewakili
organisasinya serta memberikan keputusan, maka teknik “public speaking” sama
pentingnya dengan kemampuan berdialog dengan individu-individu secara efektif.
Menurut Asosiasi Sekolah Tinggi dan
Universitas Amerika,
ada satu set inti keterampilan yang diperlukan " keduanya untuk keterlibatan
demokrasi global dan untuk penemuan pertumbuhan ekonomi yang dinamis” ( Rhodes
, 2010 , hal. 10 ) . Dalam kategori " keterampilan Intelektual dan praktis
" berbicara di depan umum terdaftar sebagai salah satu keterampilan inti
ini . Hal ini tidak terlalu mengherankan mengingat bahwa keterampilan
komunikasi sangat penting untuk pengembangan intelektual, lintasan karir, dan
keterlibatan masyarakat. Berbicara di depan umum secara universal berlaku untuk
semua jenis jurusan dan pekerjaan dan dipandang oleh pengusaha AS sebagai
keterampilan kerja penting bagi pencari kerja ( Rockler - Gladen , 2009;
Departemen Tenaga Kerja AS, 2000 ). Mengembangkan keterampilan berbicara
akan bermanfaat bagi kehidupan pribadi, profesional, dan masyarakat Anda .
Mengacu pada pendapat De Vito
(1994), ada beberapa keuntungan yang dapat diraih seseorang karena mempelajari
Public Speaking. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan keahlian dalam bidang akademik dan karir. Termasuk di dalamnya membantu:
1. Dapat meningkatkan keahlian dalam bidang akademik dan karir. Termasuk di dalamnya membantu:
- Menerangkan konsep-konsep yang kompleks dengan jelas
- Menenliti berbagai persoalanyang luas
- Mendukung argumen dengan semua persuasi yang berarti
- Memahami motivasi manusia dan mampu menggunakan pandangannya dengan persuasi
- Menghadirkan diri kepada orang lain dengan penuh kepercayaan dan keyakinan diri
2. Memperbaiki kemampuan komunikasi
secara umum. Public Speaking akan mengembangkan
dan memperbaiki kemampuan komunikasi seseorang secara umum, seperti:
- Mengembangkan gaya komunikasi yang lebih efektif
- Meningkatkan konsep diri dan harga diri
- Menyesuaikan pesan untuk pendengar yang spesifik
- Menemukan dan menanggapi umpan balik
- Mengembangkan daya tarik logika dan emosional
- Mengembangkan dan mengkomunikasikan kecerdasan seseorang
- Meningkatkan kemampuan untuk menyampaikan kritik yang membangun
- Memperbaiki ketrampilan mendengarkan
- Mengorganisasikan penyampaian pesan dengan jelas dan meyakinkan
3.
Meningkatkan kemampuan berbicara di depan public. Pembicara bukan dilahirkan, mereka diciptakan. Seseorang
dapat menjadi seorang pembicara melalui instruksi, membuka dengan pembicaraan
yang berbeda dan pengalaman yang dipelajari sendiri sehingga menjadi lebih
mampu, percaya diri dan menjadi pembicara yang efektif, serta memiliki
kemampuan dalam mengkritik.
Daftar Pustaka
- De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
- Helena Olli, Public speaking , PT Indeks, Jakarta, 2007
- Prochnow, Herbert V (1987), Penuntun menuju sukses dam berpidato, Bandung, CV Pioni
- http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/11/sejarah-dan-perkembangan-public.html