Jumat, 29 Maret 2019

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC SPEAKING

                                          

Sejarah dan Perkembangan Public Speaking

     Sejarah Public Speaking  

        Secara sederhana, public speaking dapat didefinisikan sebagai proses berbicara kepada sekelompok orang dengan tujuan untuk memberi informasi, mempengaruhi (mempersuasi) dan/atau menghibur audiens. Banyak orang menyebut public speaking sebagai “presentasi”. Seperti layaknya semua bentuk komunikasi, berbicara di depan publik memiliki beberapa elemen dasar yang paralel dengan model komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell yakni komunikator (pembicara), pesan (isi presentasi), komunikan (pendengar/ audiens), medium, dan efek (dampak presentasi pada audiens). Tujuan berbicara di depan publik bermacam-macam, mulai dari mentransmisikan informasi, memotivasi orang, atau hanya sekedar bercerita. Apapun tujuannya, seorang pembicara yang baik dapat mempengaruhi baik pemikiran maupun perasaan audiensnya. Dewasa ini, public speaking sangat diperlukan dalam berbagai konteks, antara lain dalam kepemimpinan, sebagai motivator, dalam konteks keagamaan, pendidikan, bisnis,customer service, sampai komunikasi massa seperti berbicara di televisi atau untuk pendengar radio.

 


         Sebelum ada istilah Public Speaking, maka lahirlah istilah Retorika, sebelum masehi-SM di Yunani, yang artinya “keakhlian berbicara atau berpidato” Dalam perkembangan retorika mengenal tiga bentuk yaitu:
  1. Demi penemuan kebenaran (Socrates, disebut Bapak Retorika)
  2. Demi kekuasaan ataupun kemenangan saja (sesuai dengan filsafat Sophisme)
  3. Sebagai alat persuasi yang banyak menggunakan penemuan-penemuan terakhir bidang ilmu Jiwa dan karenanya mulai menggunakan nama “Scientific rhetoric”

 Retorika bertitik tolak pada pemikiran, bahwa manusia dapat menggunakan perasaan atau pendapat yang umumnya benar. Dilihat dari sejarah, manusia mempunyai hasrat dan kebutuhan untuk menyampaikan segala perasaan, pengalaman dan pendapat-pendapatnya kepada sebanyak mungkin orang disamping menceritakan kepada orang tertentu. Dalam penyebaran agama pada abad ke 5, ke Mesir, Babylonia dan Persia, yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai bakat retorika, karena tanpa bakat berbicara pada waktu itu, maka pesan yang akan disampaikan belum tentu dapat diterima dan dimengerti. Sekarang peranan media massa yang membantu penyampaian pesan kepada pendengar, penonton dan pembaca. Kita kenal aliran Sophisme, yang berpendapat, manusia ialah “mahluk yang berpengetahuan dan kemauan” dan masing-masing manusia mempunyai penilaian sendiri mengenai baik buruknya sesuatu, mempunyai nilai-nilai etika sendiri, maka kebenaran suatu pendapat hanya dapat dicapai dengan memenangkan pendapatnya. Hal ini bisa tercapai kalau memiliki keahlian berbicara. Jadi aliran ini mengemukakan kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan bila mencapai kemenangan dalam pembicaraan penganut aliran retorika Sokrates (469-399) dan Georgias, retorika digunakan demi kebenaran, melalui dialog dengan teknik ini kebenaran akan timbul dengan sendirinya.

Plato sebagai seorang pendidik, mengatakan retorika penting sebagai:

  • Metode pendidikan
  • Alat untuk mencapai kedudukan dalam pemerintahan
  • Alat mempengaruhi rakyat



Aristoteles (384-322) mengajarkan dalam retorika orang harus mengatakan dengan:
  • Jelas
  • Singkat dan
  • Meyakinkan 
 

Pada waktu itu, bagaimana meyakinkan pengadilan, sehubungan dengan pengembalian tanah, milik rakyat yang diambil oleh para Tirani yang berkuasa ketika itu. Kalau tidak mampu untuk menyatakan secara jelas dan lancar, anda termasuk orang gagal mempertahankan milik anda, karena dahulu belum ada “pengacara” yang membantu, mempertahankan milik anda didepan pengadilan. Para ahli menganggap retorika kalau dilihat dari tinjauan komunikasi maka disebut “speech of communication” atau “public speaking” Para ahli menganjurkan pentingnya mempelajari “public speaking”, apalagi anda berada yang bergerak dibidang usaha, serta kehidupan sosial lainnya, bahkan kemampuan anda yang mempelajari dan mengetahui public speaking dapat bertindak pada waktu tertentu untuk memutuskan sesuatu dengan segera dan dapat diterima. Setiap kesempatan secara bertahap bahkan seumur hidup dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara didepan khalayak Istilah public speaking berawal dari para ahli retorika, yang mengartikan sama ialah seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah berkembang sejak abad sebelum Masehi.

         Seperti yang diungkapkan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Retorika Modern” (cetakan      keenam, tahun 2000), bahwa kemajuan Negara barat bukan bertumpu pada pengetahuan matematika, fisika atau kimia. Kalau mendalam lagi keingintahuan kita tentang mengapa mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam ilmu-ilmu alam, bukan saja mengenai apa yang mereka pikirkan, tetapi bagaimana kemampuan mereka menyajikannya dengan ucapan yang jelas sehingga hasil presentasinya dapat dipahami khalayak. 

 Berabad-abad lalu mereka berpijak pada budaya yang mementingkan pendidikan bahasa, yang berakar pada filsafat yunani dan yang bertumpu pada retorika. Kemudian, ada anggapan negatif menggunakan kata retorika, kita sedang berhadapan dengan seni propaganda, menggunakan kata-kata yang indah dan bagus yang disangsikan kebenarannya. Pengertian sebenarnya “retorika” yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yaknirasio dan cita rasa lewat bahasa sebagai kemampuan berkomunikasi dalam media pikiran. Dalam retorika, para pemimpin dapat menaklukkan hati dan jiwa, atau kemampuan mengotak atik otak, sehingga keputusannya dapt diterima oleh karyawan atau audiens. Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika mulai digeser speech communication, atau oral communication atau lebih dikenal dengan public speaking.


    Perkembangan Public Speaking

         Retorika adalah seni sekaligus ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dengan tujuan menghasilkan efek persuasif. Selain logika dan tata bahasa, retorika adalah ilmu wacana yang tertua yang dimulai sejak zaman Yunani kuno. Hingga saat ini, retorika adalah bagian sentral dalam pendidikan di dunia Barat. Kemampuan dan keahlian untuk berbicara di depan audiens publik dan untuk mempersuasi audiens untuk melakukan sesuatu melalui seni berbicara adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pelatihan seorang intelektual (Johnstone, 1995). Retorika sebagai cabang ilmu berkaitan erat dengan penggunaan simbol-simbol dalam interaksi antar manusia.

Dalam sistematisasi retorika Aristoteles, aspek terpenting dalam teori dan dasar pemikiran retorika adalah tiga jenis pendekatan untuk mempersuasi audiens, yakni logos, pathos dan ethos. Logos adalah strategi untuk meyakinkan audiens dengan menggunakan wacana yang mengedepankan pengetahuan dan rasionalitas (reasoned discourse), sementara pathos adalah pendekatan yang mengutamakan emosi atau menyentuh perasaan audiens dan ethos adalah pendekatan moral—menggunakan nilai-nilai yang berkaitan dengan keyakinan audiens. Di abad ke-20, retorika berkembang menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan dengan berkembangnya pengajaran tentang komunikasi publik dan retorika di sekolah-sekolah menengah dan universitas-universitas pertama di Eropa dan kemudian meluas hingga kawasan-kawasan lain di dunia. Harvard, sebagai universitas pertama di Amerika Serikat, misalnya, telah lama memiliki kurikulum mata kuliah dasar sebagai Retorika sebagai salah satu mata kuliahnya (Borchers, 2006). Dengan berkembangnya ilmu komunikasi, pembelajaran retorika lebih meluas lagi. Saat ini, retorika dipelajari dalam ruang lingkup yang luas dalam bidang pemasaran, politik, komunikasi, bahkan bahasa (linguistik). Propaganda menjadi fenomena retorika yang sangat menarik. Ketika orang berlomba-lomba mendesain kata-kata untuk mempengaruhi orang lain, itu membuktikan bahwa seni merangkai pesan sangat berpengaruh dalam berkomunikasi.




      Tokoh-tokoh retorika mutakhir:
  1. James A. Winans dalam bukunya “public speaking”( 1917) menggunakan spikologi dari Williams James dan E.B Tichener. Sesuai teori James bahwa tindakan ditentukan perhatian, Winans mendefinisikan persuasi sebagai “proses menumbuhkan perhatian. Pentingnya membangkitkan emosi melalui motif- motif psikologi seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial dan kewajiban agama. Winans adalah pendiri Speech Communication Association of America (1950).
  2. Charles Henry Woolbert yang juga pendiri Speech Communication Association of America. Psikologi yang memengaruhinya adalah behaviorisme dari John B.Watson. Woolbert memandang Speech Communication sebagai ilmu tingkah laku. Pidato merupakan ungkapan kepribadian. Logika adalah dasar utama persuasi. Dalam menyusun persiapan pidato harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Teliti tujuannya, (2) Ketahui khalayak dan situasinya, (3) Tentukan proposisi yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut, (4) Pilih kalimat-kalimat yang dipertalikan secara logis. Bukunya, The Fundamental of Speech.
  3. William Noorwood Brigance. Berbeda dengan Woolbert yang menitikberatkan logika, Brigance menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. Persuasi meliputi empat unsur: 1) Rebut perhatian pendengar, 2) Usahakan pendengar untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, 3) Dasarkanlah pemikiran pada keinginan, dan 4) Kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.
  4. Alan H.Monroe dalam bukunya, Principles and Types of Speech. Pertengahan tahun 20-an Monroe bersama stafnya meneliti proses motivasi. Jasa, Monroe, cara organisasi pesan. Menurut Monroe pesan harus disusun berdasarkan proses berpikir manusia yang disebutnya motivated sequence.     
 
Dalam dunia komunikasi terdiri dari komunikator, pesan dan komunikan. Semua ini akan berfungsi melalui channel atau saluran yang disebut media. Nah, dimana keberadaan “Public Speaking”. Kehadirannya dalam kegiatan komunikasi yang berperan adalah komunikator atau public-speaker. Dalam pelajaran ini, pengetahuan yang akan menjadikan seseorang atau komunikator sebagai pembawa pesan, mempunyai kemampuan untuk menyajikan sebuah gagasan kepada audiens. Dengan demikian, komunikator mengungkapkan ide dan dengan kemauan yang tepat, cepat dan taktis.

Menurut Herbert V. Prochnow mengembangkan kemampuan secara bertahap belajar seumur hidup, tahun demi tahun dan makin lama makin berbobot. Hal ini dapat bersamaan bagaimana memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Kegiatan lain yang dapat mendukung kemampuan public speaking, apabila aktif melakukan berbagai kegiatan seperti dalam dunia usaha dan kehidupan sosial lainnya. Dalam dunia usaha ada peluang selalu menghadapi saat-saat terjadinya tuntunan knsumen terhadap hasil produksi, bahkan kerja lembaga atau organisasi selalu mendapatkan sorotan masyarakat. Di sinilah peranan seorang petugas PR untuk menjelaskan apakah melalui selebaran atau news release atau pertemuan-pertemuan dengan wartawan media. Sebagai komunikator melalui media mengungkapkan pikiran, ide dan pendapat pada seluruh pendengar. Pada kesempatan memberikan saran, mengeririk, memberikan suara mewakili organisasinya serta memberikan keputusan, maka teknik “public speaking” sama pentingnya dengan kemampuan berdialog dengan individu-individu secara efektif.


 
Menurut Asosiasi Sekolah Tinggi dan Universitas Amerika, ada satu set inti keterampilan yang diperlukan " keduanya untuk keterlibatan demokrasi global dan untuk penemuan pertumbuhan ekonomi yang dinamis” ( Rhodes , 2010 , hal. 10 ) . Dalam kategori " keterampilan Intelektual dan praktis " berbicara di depan umum terdaftar sebagai salah satu keterampilan inti ini . Hal ini tidak terlalu mengherankan mengingat bahwa keterampilan komunikasi sangat penting untuk pengembangan intelektual, lintasan karir, dan keterlibatan masyarakat. Berbicara di depan umum secara universal berlaku untuk semua jenis jurusan dan pekerjaan dan dipandang oleh pengusaha AS sebagai keterampilan kerja penting bagi pencari kerja ( Rockler - Gladen , 2009; Departemen Tenaga Kerja AS, 2000 ). Mengembangkan keterampilan berbicara akan bermanfaat bagi kehidupan pribadi, profesional, dan masyarakat Anda .


Mengacu pada pendapat De Vito (1994), ada beberapa keuntungan yang dapat diraih seseorang karena mempelajari Public Speaking. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan keahlian dalam bidang akademik dan karir. Termasuk di dalamnya membantu:
  • Menerangkan konsep-konsep yang kompleks dengan jelas
  • Menenliti berbagai persoalanyang luas
  • Mendukung argumen dengan semua persuasi yang berarti
  • Memahami motivasi manusia dan mampu menggunakan pandangannya dengan persuasi
  • Menghadirkan diri kepada orang lain dengan penuh kepercayaan dan keyakinan diri
2. Memperbaiki kemampuan komunikasi secara umum. Public Speaking akan mengembangkan dan memperbaiki kemampuan komunikasi seseorang secara umum, seperti:
  • Mengembangkan gaya komunikasi yang lebih efektif
  • Meningkatkan konsep diri dan harga diri
  • Menyesuaikan pesan untuk pendengar yang spesifik
  • Menemukan dan menanggapi umpan balik
  • Mengembangkan daya tarik logika dan emosional
  • Mengembangkan dan mengkomunikasikan kecerdasan seseorang
  • Meningkatkan kemampuan untuk menyampaikan kritik yang membangun
  • Memperbaiki ketrampilan mendengarkan
  • Mengorganisasikan penyampaian pesan dengan jelas dan meyakinkan

3. Meningkatkan kemampuan berbicara di depan public. Pembicara bukan dilahirkan, mereka diciptakan. Seseorang dapat menjadi seorang pembicara melalui instruksi, membuka dengan pembicaraan yang berbeda dan pengalaman yang dipelajari sendiri sehingga menjadi lebih mampu, percaya diri dan menjadi pembicara yang efektif, serta memiliki kemampuan dalam mengkritik.


Daftar Pustaka
  1. De Vito, Joseph A. (1994), The Public Speaking Guide. New York: Harper College.
  2. Helena Olli, Public speaking , PT Indeks, Jakarta, 2007
  3. Prochnow, Herbert V (1987), Penuntun menuju sukses dam berpidato, Bandung, CV Pioni
  4. http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/11/sejarah-dan-perkembangan-public.html
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar